Sosok Mat Kauli : Penggiat Macapat Asli Gresik, Diusia 92 Tahun Tetap Energik 

GRESIK,1minute.id – Tembang berjudul Wirangrong seakan menghipnotis puluhan pasang mata. Pelantun syair Jawa itu adalah Mat Kauli. Seniman Macapat asli Wong Gresik. Rumahnya di Jl Awikoen Jaya, Desa Gending, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Usia Mat Kauli kini lebih dari 91 tahun. Ia lahir 1 Mei 1931. Namun, Mat Kauli “ngidung” bahasa Jawa tanpa kacamata. 

Sambil memengang dua buku. Mat Kauli mencari salah satu bait syair. Syair itu telah ditandai dengan lingkaran menggunakan pensil. “Syair ini, cerita  tentang ciri-ciri orang yang kecanduan narkoba,”kata Mat Kauli di acara Pelantikan Pengurus Gerakan Nasional Antinarkotika (Granat) Gresik pada Selasa, 28 Juni 2022. Bunyi syair itu , begini!

… //yen leren nyeret adhidhis//Netrane pan merem karo//yen wus ndadi awake akuru//cahya biru putih//Njelambut wedi toya//Lambe biru untu pethak//…

Artinya kurang lebih begini. 

…//ketika berhenti mencari kutu (tumo) // dua matanya tertutup//kalau sudah ketagihan badannya kurus//badannya membiru//Jorok  takut air//mulutnya membiru gigi putih//…

Mat Kauli membacakan syair Jawa dengan bernada. Cengkoknya panjang. Sehingga terasa enak di telinga meski tanpa iringan musik. Suasana gedung eks kantor Bank Gresik di Jalan Pahlawan, Gresik,  tempat pelantikan Pengurus Granat Gresik itu hening. Mereka seakan terhipnotis oleh suara Mat Kauli. Tamu istimewa dalam acara tersebut adalah Sekretaris Daerah (Sekda) Gresik Achmad Washil Miftachul Rachman dan Ketua DPD Granat Jawa Timur Kanjeng Mas Ayu Tumenggung (KMAT) Arie Soeripan.

Sejak 1949, Mat Kauli sinau Macapat. Usianya sangat muda. Masih 18 tahun. Mat Kauli lahir 1 Mei 1931. Mat Kauli belajar macapat langsung dari ayahnya, almarhum Niti Sastro Samardi. Mat Kauli dalam membacakan karya sastra Jawa tidak kalah dengan penyair lainnya. Di Indonesia. Bisa menghipnotis penonton.

Meski Mat Kauli tidak tamat sekolah dasar. Ia hanya mengenyam bangku sekolah dasar-dulu sekolah rakyat (SR) selama 3 tahun. “Separoh (18 bulan) sekolah zaman Perang Dunia kedua. Separoh lagi, sekolah zaman penjajah Jepang,” terang kakek 26 cucu itu sambil tersenyum. 

Mat Kauli sempat terhenti belajar Macapat karena desanya di bombardir serdadu Belanda. Puluhan bahkan ratusan pejuang gugur. Mereka dimakamkan di Gunung atau Bukit Lengis. “Saiki dadi G-JOS (Stadion Gelora Joko Samudro),”kenang kakek 23 cicit itu. 

Kini dia mahir menembang macapat. Ada puluhan tembang yang populer. Antara lain, Durma, Mijil, Kinanthi, Gambuh, Pucung, dan Megatruh. Kemudian, Pangkur, Maskumambang, Sinom, Asmaradana, Dhangdhanggula, dan Wirangrong. Masing-masing mengandung cengkok dan cerita yang berbeda-beda.

Mat Kauli sangat ingin tradisi macapatan, khususnya macapat Gresik, tetap lestari. Tidak punah. Karena itulah dia risau. Maklum, di era modern, kata suami Supartin itu, tradisi macapat semakin jarang ditampilkan di Kota Santri-sebutan lain-Kabupaten Gresik. Padahal, macapatan merupakan tradisi Gresik sejak zaman Sunan Giri dan generasi sesudahnya. ’’Ini harus dilestarikan,”imbuhnya sambil menoleh Suwarmo, 62, rekan duet macapatnya.

Dalam catatan wartawan 1minute.id kurun waktu empat bulan, Mat Kauli hanya tampil dua kali. Pada 5 Maret 2022, penggiat macapat ini tampil di acara Launching komunitas Gresik Heritage dan Komunitas Pecinta Sejarah Budaya Kota Lama Gresik (KLG) di halaman SMP Darul Islam (Daris) Gresik. Kedua, tampil di pelantikan pengurus Granat Gresik pada 28 Juni 2022.

“Kalau bisa tradisi macapatan ini ditampilkan ketika banyak orang,”katanya. Harapannya  tradisi nguri-uri budaya macapatan bisa lestari. Demi tekadnya itu, lelaki yang selalu memakai kopyah hitam ketika tampil itu selalu hadir setiap ada undangan macapatan. Tidak peduli apakah dapat sangu atau tidak. Dijemput atau tidak jemput oleh panitia. “Dijemput di rumah saja sudah cukup senang,”katanya. 

Semangat Mat Kauli  agar tradisi macapat tetap lestari memang sangat besar. Selain mengajar tanpa pamrih, dia rela menulis ulang buku peninggalan almarhum ayahnya, Niti Sastro Samardi. Mat Kauli mengalihaksarakan huruf Jawa ke tulisan Latin. Tujuannya, semua orang bisa membaca bunyi tulisan meskipun tidak tahu artinya.

Mat Kauli membutuhkan waktu selama 14 bulan untuk mengalihaksarakan huruf Jawa ke tulisan Latin. Ada juga buku yang semula ditulis dalam aksara Arab pegon dialihaksarakan huruf latin. Alihaksara dilakukan oleh almarhum Hadisoedarto, kerabat Mat Kauli yang tinggal di Kelurahan Pekelingan, Gresik. 

Lalu apa resep Mat Kauli bisa tetap energik? Mat Kauli memiliki prinsip bahwa rezeki itu tidak bisa dikejar. Bekerja tidak perlu ngoyo. “Ora at labora (berdoa dan berusaha),”katanya. Selain itu, imbuhnya, gaya hidup tidak neka-neka. “Obat panjang umur dan sehat ojo ngonsumsi narkoba,”tegasnya. (yad)