LPMK Kota Surabaya Studi Tiru ke Kawasan Pantai Goa Patapa Bangkalan

SURABAYA,1minute.id  –  Sejumlah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan atau LPMK Kota Surabaya melakukan studi tiru ke kawasan Pantai Goa Patapa yang berlokasi di Desa Klampis, Kecamatan Arosbaya, Kabupaten Bangkalan, Madura. 

Studi tiru dipimpin oleh Joko Hadi Supangat,  Ketua LPMK Made dengan didampingi Yusa Ali. Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan dari beberapa kelurahan pesisir di Surabaya yang memiliki potensi pengembangan wisata serupa. Tujuan utama dari kunjungan ini adalah untuk mempelajari model pengelolaan objek wisata alam yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat sekitar.

Menurut Joko Hadi Supangat, Pantai Goa Patapa, merupakan salah satu destinasi wisata unggulan di Bangkalan yang dikelola secara swadaya oleh masyarakat setempat. Dengan dukungan dari pemerintah desa dan dinas terkait, pengelolaan kawasan wisata ini dilakukan secara kolektif sehingga memberikan manfaat ekonomi langsung kepada warga sekitar.

Pengunjung tidak hanya menikmati panorama alam yang indah, tetapi juga dapat mengakses fasilitas seperti homestay, warung makan lokal, serta aktivitas edukasi lingkungan seperti Melihat Kontruksi Bangunan Jembatan SURAMADU dengan menggunakan boat dan belajar olah raga yang di populerkan oleh Ibu Susi Pudjiastuti yaitu Stand Up Paddle  atau SUP bersama atlet-atlet SUP dari Bangkalan.

Dalam kunjungan tersebut, rombongan LPMK Surabaya didampingi langsung oleh tim pengelola wisata Pantai Goa Patapa yang menjelaskan proses ide,  pembagian peran masyarakat, hingga sistem pengelolaan pendapatan. Salah satu hal yang menjadi perhatian khusus adalah bagaimana masyarakat berhasil menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan tanpa mengorbankan daya tarik wisata alamnya, bahkan menjadikan wilayahnya tempat berlatih Atlet Nasional Stand Up Paddle.

“Kami LPMK Surabaya sangat tertarik dengan konsep partisipatif dalam pengelolaan wisata yang diterapkan di Goa Patapa. Setiap anggota masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan, memiliki peran masing-masing mulai dari penjaga loket, pemandu wisata, hingga penyedia jasa transportasi dan kuliner,” kata Joko Hadi Supangat.

Model ini dinilai efektif dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus menciptakan rasa kepemilikan terhadap objek wisata. Selain itu, para peserta studi tiru juga mencatat pentingnya kolaborasi antara Klub Olah Raga Stand Up Paddle (SUP)  dan pelaku usaha lokal dalam membangun infrastruktur pendukung seperti akses jalan, tempat parkir, MCK, dan sarana edukasi. 

Di Pantai Goa Patapa, semua fasilitas dibangun secara bertahap dengan sumber daya lokal, sehingga biaya operasional lebih rendah dan dampak ekonomi lebih luas bagi masyarakat.

Hasil dari studi tiru ini nantinya akan dirumuskan dalam bentuk rekomendasi pengembangan wisata pesisir/danau dan sungai di wilayah Kota Surabaya.

“Beberapa kelurahan seperti Kenjeran, Tambak Wedi, Bulak, peneleh dan kolam Unesa akan menjadi pilot project penerapan model pengelolaan wisata berbasis masyarakat sebagaimana yang telah berhasil di Bangkalan. Para ketua LPMK sepakat untuk membentuk kelompok kerja antarkelurahan  guna memperkuat koordinasi dan pertukaran informasi,” jelas Joko.

Dengan adanya studi tiru ini, LPMK Kota Surabaya berharap dapat memicu lahirnya destinasi wisata baru yang tidak hanya menarik secara ekonomi, tetapi juga berkelanjutan dan inklusif.

Partisipasi masyarakat sebagai ujung tombak pengelolaan wisata menjadi prinsip utama yang ingin diadopsi dari pengalaman sukses Pantai Goa Patapa. Langkah ini sejalan dengan visi Pemerintah Kota Surabaya dalam mendorong ekonomi kerakyatan berbasis potensi lokal. (yad)