Ciptakan Sekolah Ramah Anak, Wabup Gresik: Membutuhkan Hijrah Hati 

GRESIK,1minute.id – Wakil Bupati Gresik Aminatun Habibah berharap kepada guru tidak hanya memiliki peran sebagai pendidik. Namun,  guru harus mampu hadir menjadi teman atau sahabat bagi peserta didiknya selama berada di sekolah. 

Hal itu diungkapkan Wabup Aminatun Habibah kepada puluhan kepala sekolah dalam Lembaga Pendidikan Ma’arif NU se-Gresik di Aula SMA Nahdlatul Ulama 1 (SMANUSA) Gresik.  Para kepala yang hadir mulai jenjang SD/MI, hingga SMA/MA. 

Wabup Aminatun Habibah mengatakan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gresik mendorong agar terciptanya suasana lingkungan sekolah yang ramah anak dan menghilangkan segala bentuk diskriminasi. Ia menuturkan bahwa sekolah harus memperlakukan sama kepada seluruh siswa saat berada di sekolah. 

“Saya harap ini menjadi atensi para kepala sekolah agar menjaga pengelolaan dan prinsip yang baik. Prinsip ini adalah  bagaimana sekolah mampu menciptakan lingkungan yang aman, bagaimana kolaborasi antara orang tua, guru dan anak. Ini perlu pengelolaan yang baik sehingga tercipta sekolah dengan suasana yang ramah terhadap anak,” jelasnya.

Lebih lanjut dia mengatakan bahwa sekolah Ramah Anak merupakan hijrah hati. Pasalnya dalam melaksanakan Sokolah Ramah Anak ini tidak semudah membalikkan telapak tangan.  

“Melaksanakan Sekolah Ramah Anak jika hati kita sebagai orang pendidik dan orang tua tidak tersentuh hatinya, tidak mampu mengubah paradigma yang selama ini terjadi. Anak-anak kita adalah anak-anak yang harus dilindungi baik di rumah dan di sekolah atau di manapun,” ujar Wabup yang berlatar pendidik itu.

Dikatakan Bu Min, peran guru dalam menciptakan Sekolah Ramah Anak juga sangat penting. Sebab guru atau tenaga pendidik adalah ibarat orang tua murid saat berada di lingkungan sekolah. Guru berperan penting dalam menciptakan sekolah yang ramah anak. 

Karena guru memiliki berbagai peran yang dapat dimainkan dan diterapkan kepada anak terutama di dalam kelas. “Yaitu guru sebagai sumber dari informasi, menjadi seorang fasilitator, menjadi seorang pengelola, demonstrator dan motivator sehingga pendidikan menjadi layak bagi anak,” pungkasnya. (yad)