My Favorite, Seni Kontemporer Karya Muhammad Riyanto Raih The Best Exhibition Amuya Painting Competition di Jakarta 

GRESIK,1minute.id – My Favorite, Seni Instalasi kontemporer karya Muhammad Riyanto dinobatkan sebagai karya terbaik (The Best) dalam “Exhibition Amuya Painting Competition” di Amuya Galery, Graha Kana Lt 3 Gn.Sahari Selatan, Kemayoran, Jakarta Pusat. Kurator dalam kompetisi mengusung tema Hidden GEM “Paradise of Food, Drink & Music” adalah Dimas Ajisaka yang juga manajer Amuya Gallery. 

Pameran yang dibuka oleh ketua OKOCE Indonesia Pusat Iim Rusyamsi ini berlangsung mulai 21 Juni sampai 3 Juli 2025. Seni Instalasi karya Riyanto yang berbentuk smartphone ini berukuran 75 x150 cm serta menggunakan bahan acrylic, mirror circle 25 mm dan 200 mm, PVC Board,  plastik, wood, stiker cutting, acrylic cutting, lamp LED, dan melamine plate sepintas sama dengan gawai yang ada di pasaran. 

Akan tetapi, seni instalasi telepon pintar itu memiliki filosofi yang sangat dalam. Seperti karya-karya Riyanto sebelumnya yang selalu menyisipkan ayat-ayat Alquran. Pun, di lukisan “My Favorite” yang berbentuk visual smartphone, 17.00, 7G dan Walkman ini. 

Apa arti filosofinya? Menurut Riyanto, Smartphone D.F.M alias Drink, Food, dan Music (Minuman, Makanan dan Musik) menjadi kebutuhan setiap manusia. Di era digital, setiap orang bisa dengan mudah pesan makanan, minuman dan mendengarkan musik. 

“Visual karya berupa handphone adalah bentuk dari mudahnya era digital dalam genggaman tinggal order langsung datang,” kata Riyanto pada Jumat malam, 27 Juni 2025.  Sedangkan, visual jam 17.00 adalah dari 17 rakaat Salat Fardu dan  jaringan 7G adalah surat Alfatihah. Riyanto juga memvisualkan visual WiFi dan Bluetooth serta keadaan baterai di sebelah kanan atas. 

Berikutnya, visual berbentuk walkman, alat ukuran besar adalah arti dari Ya Sami’ yaitu Maha Mendengar. “Kita diberikan dua telinga untuk mendengar yang di ridhoi Allah dan visual bola mata yang berputar adalah arti dari Ya Basyiir yaitu Maha Melihat, untuk melihat apa yang diciptakan Allah yang tentunya dalam ridhoNya, dan menjauhi yang dilarangNya,” jelas pelukis kaligrafi alumnus Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin Al-islamiyah asuhan KH. Muhammad Bashori Mansyur, Tambak Osowilangun, Surabaya ini.

Begitu juga dengan musik yang di pilih sambil menikmati makanan dan minuman akan meningkatkan rasa syukur kepada pencipta Allah SWT( As-Syakuur). “Semuanya pasti tidak melupakan kewajiban kita Atas perintah-Nya yang harus kita utamakan,” ujarnya. 

Kesimpulan karya, terangnya, ada di kaca bulat dengan tulisan DFM (Drink , Food , Music) hendaknya sebelum makan, minum dan mendengarkan musik diawali dengan bacaan Basmalah (visual dengan 7 kaca bulat adalah 7 ayat surat alfatihah) dan minum dahulu sebelum makan.

Air yang bersih dibagian atas karya adalah cerminan, seberapa pentingnya air untuk menetralisir dan membantu pencernaan kita. di bawah macam-macam makanan, minuman dan stasiun radio ada gambar peta pulau-pulau di Indonesia. 

Filosofi memutar pada bagian bola mata adalah dari visual kehidupan kita yang selalu berputar siang dan malam,lapar dan kenyang,gelap dan terang,sehat dan sakit,hidup dan mati.Penikmat seni bisa langsung dengan memutar untuk berinteraksi dengan karya ini.

Siapa H. Muhammad Riyanto? Riyanto tergabung dalam pelukis Gasrug Gresik dan lulusan Pondok Pesantren Roudlotut Tholibin Al-slamiyah asuhan KH. Muhammad Bashori Mansyur, Tambak Osowilangun, Surabaya. Ia belajar kaligrafi di KH.M Faiz Abdur Razaq Khattat International dari Bangil.

Sejumlah lukisan Riyanto telah dikoleksi sejumlah tokoh di Indonesia. Diantaranya, lukisan berjudul Ikan Bandeng menjadi koleksi Presiden Joko Widodo. Ada juga yang dikoleksi mantan ketua PBNU KH. Said Aqil Siradj, KH.Afifudin Dimyati, putra KH.Dimyati Romli sekaligus pengasuh Ponpes Hidayatul Quran Peterongan Jombang dan KH. Muammar ZA, qori International dari Indonesia. Riyanto mengaku belajar kaligrafi dari Ustadz Faiz Abdur Rozzaq di Bangil, Pasuruan tersebut. (yad)