Misi Ekspedisi Bengawan Solo Berakhir di Pesisir Desa Bedanten, Naditira Madanten 1358

GRESIK,1minute.id – Tim Bengawan Solo Expedition (BSE) atau Misi Ekspedisi Bengawan Solo (MEBS) 2022 mengakhiri misinya di Desa Bedanten, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik. Kedatangan tim ekspedisi sungai Bengawan Solo, sungai terpanjang di Pulau Jawa untuk menapaki jejak peradapan Jawa itu disambut oleh Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani. 

BSE 2022 ini menjelajahi jarak 484 kilometer. Melewati 12 Kabupaten/Kota di dua provinsi yakni Jawa Tengah dan Jawa Timur. Mulai Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Surakarta, Karanganyar dan Sragen, Jawa Tengah. Lalu, Blora dan Ngawi. Berikutnya, Tuban, Bojonegoro, Lamongan dan berakhir di Gresik. 

“Ini merupakan suatu ekspedisi luar biasa dengan riset dan penelitian terpanjang yang dilakukan oleh komunitas Misi Ekspedisi Sungai Bengawan Solo (MEBS) dan Komunitas lainnya,”ujar Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani saat menyambut tim BSE di Desa Bedanten, Kecamatan Bungah pada Minggu sore, 14 Agustus 2022.

Dijelaskan Gus Yani-sapaan-Fandi Akhmad Yani, tim berangkat  dari Wonogiri, Jateng pada 14 Juli dan berakhir di Desa Bedanten Kecamatan Bungah Kabupaten Gresik pada 14 Agustus 2022. Ekspedisi sungai terpanjang di Pulau Jawa ini telah berlangsung selama 30 hari, dengan menempuh jarak sejauh 462 kilometer, melintasi 491 desa yang berada di 12 kota dan kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur.

JALUR EKSPEDISI BENGAWAN SOLO: Selama sebulan Tim Ekspedisi Sungai terpanjang di Jawa. Berangkat dari DAS Wonogiri, Jateng berakhir di DAS Desa Bedanten, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik pada Minggu, 14 Agustus 2022 (Foto : Istimewa )

“Naditira Bedanten merupakan Pit Stop terakhir dari Ekspedisi, Desa Naditira paling hilir yang mempunyai catatan sejarah dan jejak peninggalan juga menyambung sejarah dengan Bengawan Solo,”ungkap mantan Ketua DPRD Gresik itu. 

Di wilayah Kabupaten Gresik, sesuai dengan prasasti Canggu, desa-desa tepian Bengawan Solo yang disinggahi oleh Raja Hayam Wuruk berturut turut salah satunya adalah “i Madanten” (di Bedanten) sebagai salah satu desa tepian sungai yang melayani jasa tambangan atau penyeberangan (naditira Pradeca) tersebut dengan nama “Medanten”. atau sekarang yang dikenal Desa Bedanten. 

Untuk itu, Bupati mengajak generasi muda sekarang dan yang akan datang untuk sadar sejarah. “Dari sejarah kita dapat belajar tentang kejayaan masa lampau dan dari sejarah pula kita dapat melihat kehancuran,”katanya bertamsil.

Bupati Fandi Akhmad Yani didampingi anggota DPRD Gresik Noto Utomo, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) Gresik Abu Hassan, dan Kepala Desa Bedanten Abdul Madjid.

Pada kesempatan itu, orang nomor satu di Kota Santri-sebutan lain-Kabupaten Gresik ini, meresmikan museum untuk menyelamatkan temuan kuno atau peninggalan masa lalu dan mengunjungi salah satu makam yaitu makam Mbah Sayyid Husaini.

Acara ini juga merupakan bentuk kolaborasi Pemdes Bedanten dengan MEBS (Misi Ekspedisi Bengawan Solo) dan beberapa komunitas. Seperti Ademos Indonesia, National Geographic, Saya Pejalan Bijak, Stand Up Paddle dan Living Labolatory Maritime Teknik Perkapalan Universitas Muhammadiyah Gresik. 

Tak hanya seremonial akhir Ekspedisi mereka juga menggelar sarasehan bedah sejarah dan budaya “Naditira Madanten” 1358 refleksi nilai leluhur dalam upaya menjaga dan melestarikan bengawan dengan menghadirkan pembicara dan ahli sejarah serta diramaikan oleh musik adhibaya kesenian desa dan hiburan lainnya. (yad)