Perumda Giri Tirta Pontensi Merugi Miliaran Rupiah, Komisi II Rekomendasi Pemkab Evaluasi Manajemen

GRESIK,1minute.id – Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (P-APBD) Gresik 2021 telah digedok oleh DPRD Gresik pada Kamis, 9 September 2021. Pengesahan P-APBD 2021 dilakukan melalui rapat paripurna dipimpin oleh Ketua DPRD Gresik Much Abdul Qodir itu dihadiri Wakil Bupati Gresik Aminatun Habibah secara virtual.

Struktur P-APBD Gresik 2021 yakni Pendapatan Rp 3.291.997.122.262 bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) Rp. 1.153.264.477.750 ;  Pendapatan transfer Rp. 2.033.293.321.444 dan Pendapatan lain-lain yang sah Rp 105.439.323.068. Sedangkan, Belanja Daerah sebesar Rp 3.597.937.590.465.  Defisit anggaran sebesar Rp 305.940.468.203.

Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPRD Gresik Muchammad Zaifuddin yang mendapat tugas membacakan rangkuman laporan rekomendasi hasil pembahasan dari komisi- komisi setelah memdalami bersama organisasi perangkat daearh (OPD) terkait menyebutkan semua komisi telah melakukan efisiensi anggaran. 

Diantaranya, Ia menyebutkan Komisi I, hasil pembahasan terdapat efisiensi belanja di Dinas Pertanahan sebesar Rp. 9 miliar  berasal dari pengurangan kegiatan dari waduk Sukodono dan pengurangan dari belanja modal Kali Lamong. “Pengadaan kendaraan dinas pada Sekretariat DPRD sebesar Rp 1,2 miliar dialihkan kegiatan lain dan tersisa anggaran sebesar Rp 252.000.000 serta  usulan penambahan belanja sebesar Rp 3.404 558 191,”papar Zaifuddin.

Kemudian, Komisi II, hasil pembahasan untuk target pendapatan pada P-APBD Gresik 2021 sebesar Rp 3. 304 334 484 004 sesuai hasil kesepakatan awal rapat Banggar dan tim anggaran (timang) Pemkab Gresik. Juga ada usulan penambahan belanja sebesar Rp 156. 070.778.174.

Legislator Partai Gerindra itu menyinggung tentang kondisi perusahaan air minum daerah (Perumda) Giri Tirta. Badan usaha milik Pemkab Gresik ini, kata Zaifuddin, mengalami potensi kerugian Rp 2 miliar pada tahun ini. 

“Terkait dengan Perumda Giri Tirta, diestimasi sampai akhir tahun 2021 terjadi potensi loss pendapatan minus Rp 2 miliar. Untuk itu, Perumda Giri tirta mengajukan penyertaan modal sebesar Rp 7 miliar untuk pembangunan reservoir Bunder. Komisi II merekomendasikan agar pemerintah daerah melakukan evaluasi mendalam baik itudalam segi manajemen SDM maupun keuangan mengingat potensi Giri Tirta pada akhir tahun ini dalam posisi merugi,”tandas dia.

Bagaimana dengan Komisi III dan IV? Komisi III, sambungnya,  hasil pembahasan ada efisiensi belanja OPD mitra sebesar Rp 5,1 miliar. Sedangkan usulan penambahan belanja sebesar Rp 1,3 miliar  yang  salah satunya dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) sebesar Rp1,023 miliar yang digunakan untuk perbaikan kontainer sampah yang kondisinya sudah yang tidak layak

“Komisi IV secara umum tidak ada penambahan belanja di OPD karena sudah terakomodir. Termasuk usulan penambahan belanja dari Dinas Kesehatan sebesar Rp 3.142.141.958 yang digunakan untuk kartu Gresik Sehat. Sesuai dengan penjelasan dari timang bahwa anggaran tersebut menggunakan alokasi belanja tidak terduga (BTT),”urainya.

Karena estimasi target pendapatan di P-APBD 2021 sudah tidak dapat ditingkatkan lagi, sesuai hasil kesepakatan awal antara badan anggaran dan tim anggaran maka dilakukan efisiensi belanja di setiap OPD. “Dan, penambahan belanja hanya diprioritaskan pada belanja yang bersifat perencanaan dan analisis potensi,”urai dia.

Seperti diberitakan rapat evaluasi komisi II dengan manajemen Perusda Giri Tirta mengungkap fakta mencengangkan. Kebocoran air sekitar 40 persen. Atau sekitar 4.581.240 dari total produksi 11.465.902 meter kubik selama triwulan I tahun ini. 

1minute.id mengilustrasikan, tarif air rumah tangga (R-1) seharga Rp 1.500 m³, uang terbuang Rp 6.871.860 per 3 bulan atau Rp 2.290.620.000 per bulan. Akan tetapi, tarif air berjenjang potensi kerugian semakin membengkak. 
Ilustrasinya, pelanggan R-1 pemakaian air 20 m³ per bulan rekening tagihannya Rp 59.500 perbulan atau tarif  air Rp 2.975 per m³ dikalikan volume kebocoran 4,5 juta m³ potensi pendapatan yang hilang sama dengan Rp 14.629.189.000 per tiga bulan atau Rp 4.543.063.000 per bulan. 

Meski potensi kehilangan cukup besar, Risa mengaku cash flow alias arus kas keuangan Perusda Giri Tirta masih cukup baik. “Keuangan aman. Setiap bulan dapat uang. Dodol banyu kan dapat uang. Meski tidak ada batinya (laba) karena harga jual air di subsidi,”ujarnya. 

Manajemen perusahaan berkantor di Jalan Raya Bunder Asri, Kecamatan Kebomas itu mulai mewacanakan kenaikkan tarif. Direktur Utama Perusda Giri Tirta Siti Aminatus Zariyah tidak membantah terkait kenaikkan tarif air itu. “Sudah 3,5 tahun tarif air tidak naik. Sesuai peraturan pemerintah pusat  setiap tahun tarif harus dievaluasi,”kata Risa-sapaan-Siti Aminatus Zariyah dikonfirmasi melalui telepon pada Kamis, 3 Juni 2021.

Namun, Risa buru-buru mengatakan, wacana kenaikkan tarif itu masih lama. “Itu solusi. Tapi masih wacana. Masih lama, masih lama,”imbuhnya. Terkait kebocoran hingga 40 persen atau setara 4.581.240 dari total produksi 11.465.902 meter kubik selama triwulan I tahun ini, ia tidak membantahnya. “Tingkat kebocoran sekitar 40 persen, 39 persen. Normalnya 25 persen,”katanya. (yad)