Kapal Rumah Sakit Kebutuhan Warga Kepulauan itu Ghanda Nusantara

“Idealnya Jawa Timur memiliki empat sampai lima unit kapal rumah sakit terapung”

Ali Yusa


MODA transportasi paling unik menurut saya adalah kapal. Siapa penemu kapal. Saya menggunakan lima medin pencari di Internet, tidak menemukan hasil memuaskan. Moda transportasi kapal memang hidup bersama masyarakat sebuah moda tranportasi yang tumbuh dari kebutuhan manusia berpindah tempat.

Dari sungai hingga samudra. Dan, moda transportasi sanggup  bertahan terhadap bencana yang sangat besar di zaman es. Nabi Nuh AS sekitar 3650 sebelum masehi (SM) telah memperkenalkan teknologi kapal yang sangat komplek jauh melebihi masa teknologi saat itu.  Bahkan untuk direalisasikan saat ini akan sulit dilaksanakan. Bagaimana kapal tersebut mengangkut manusia, seluruh spesies hewan darat, hingga bahan bahan kebutuhan hidup selama berada di atas kapal yang di perkiraan berdasar kitab suci sekitar 150-200 hari. 

Perjalanan yang panjang jika dilakukan di zaman milenial ini. Karena itu, saya berpendapat bahwa desain kapal diciptakan kali pertama bukan oleh manusia, namun teknologi yang diturunkan oleh tuhan melalui utusanya di bumi yaitu Nuh. Karena keunikan ini maka menempatkan kapal sebagai moda tranportasi saja sangatlah tidak bijak, karena kapal juga berfungsi sebagai infrasturktur juga sebagai sarana kita bisa melihat laut sebagai alur/jalan yang diberikan oleh tuhan kepada manusia tanpa harus membangun jalan raya/tol untuk membantu/mempermudah perjalanan.

Bangsa ini telah melupakan bahwa lautan justru mempermudah kita melakukan perpindahan orang secara masal, barang dan aktifitas apapun di muka bumi. Karenanya kita menemukan jenis- jenis kapal berdasar fungsinya. Ada kapal pesiar, kapal kargo, kapal  pengangkut gas cair  di sebut kapal LNG , kapal selam, hingga kapal yang di gunakan sebagai pusat layanan kesehatan yang di sebut kapal rumah sakit (rumah sakit terapung).

KRS GHANDA NUSANTARA: Fasilitas pelayanan di kapal rumah sakit Ghanda Nusantara milik Pemprov Jatim (Foto : Ali Yusa)

Rumah Sakit Terapung Pemprov Jatim 
Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada masyarakat. 

Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. Jika merujuk undang-undang no. 44/ 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksudkan dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Keberadaan rumah sakit merupakan salah satu faktor utama  dari tercapainya pembangunan kesehatan di Indonesia. WHO mendefinisikan kesehatan sebagai sebuah kondisi dimana kesejahteraan fisik, mental dan sosial, dan bukan sekedar bebas penyakit dan kelemahan fisik. Dalam prakteknya, pengukuran tingkat kesehatan yang digunakan tingkat harapan hidup. Ukuran ini merupakan salah satu dari tiga komponen dalam penghitungan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). 

Sehingga keberadaan rumah sakit atau layanan kesehatan di daerah terpencil mutlak dibutuhkan. Diantaranya,  Jawa Timur yang memiliki luas lautan lebih luas dari pada daratan dan memiliki lebih dari 431 pulau. Pemprov Jatim membutuhkan layanan kesehatan yang memadai untuk seluruh masyrakatnya yang tersebar di pulau-pulau tersebut.

Terjadinya pandemi Covid-19 menunjukan betapa rentanya ketahanan kondisi fasilitas layanan kesehatan kita. Akan tetapi, kondisi geografis ini sebenarnya sangat menguntungkan bagi provinsi Jawa Timur dalam melaksanakan layanan kesehatan karena keberadaan laut yang bisa menjadi penghubung percepatan layanan kesehatan di Jawa Timur. Asalkan kita memandang wilayah Jawa Timur tidak terbatas pada daratannya dan pada center of gravity yang ada.

Dimana kapal digunakan sebagai HUB yang menghubungkan kebutuhan sarana kesehatan di kawasan kepulauan. Dan ini merupakan pengembangan dari keberadaan puskesmas air yang dikembangkan kali pertama di sungai-sungai di Kalimantan, pedalaman Papua dan kawasan kepulauan di Maluku. Keberadaan kapal rumah sakit ini akan menjadi solusi instan dalam pembangunan fasilitas kesehatan di daerah pesisir dan kepulauan.

Terjaminnya kebutuhan kesehatan masyarakat dan  merupakan bagian dari efisiensi dan percepatan dalam membangun fasilitas kesehatan masyrakat dalam upaya meningkatkan IPM  di Jawa Timur. Kita bisa membayangkan keberadaan kapal ini ketika memberi layanan di kepulauan Masa Lembu dan Masa Kambing, Pulau Madura yang tidak memiliki layanan kesehatan rumah sakit tipe atau puskesmas tipe A. Keberadaan kapal rumah sakit ini akan sangat membantu masyarakat.

Dan jika kita tidak memandang ruang maka kapal ini bisa juga membantu melakukan percepatan layanan kesehatan. Semua pasien warga kepulauan bisa dilayani di kapal. Pasien tidak perlu dibawa ke rumah sakit di Surabaya yang butuh waktu dua kali lebih lama ketimbang kapal ini menuju Makasar. Atau masyarakat di kepulauan Kangean, Madura yang membutuhkan dua moda transportasi untuk menuju Surabaya dalam upaya memperoleh layanan kesehatan yang memadai.

Kapal rumah sakit ini dapat menjadi solusi begitu juga masyarakat Gili Mandangin akan lebih terjamin layanan kesehatanya karena memiliki pilihan yang beragam apakah menuju Sampan atau menuju Probolinggo untuk memperoleh layanan kesehatan apa bila di kapal rumah sakit sudah tidak mampu lagi menangani kondisi permaslaahan kesehatanya.

Pemprov Jawa Timur saat ini telah memiliki dua unit kapal rumah sakit. Kapal itu dapat dari hibah dari Kementrian Perhubungan. Pada 19 Maret 2021 Gubernur Jawa Timur juga sudah memerintahkan percepatan penggunaan kapal rumah sakit ini sebagai bagian dari pusat layanan kesehatan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat Jawa Timur. 

Menurut saya idealnya Jawa Timur memiliki empat sampai lima unit kapal rumah sakit terapung. Dan kekurangan kebutuhan tersebut di dapat dari jumlah penduduk yang akan dilayani kapal tersebut dan berdasar pada alur perjalanan kapal. Kondisi ini mirip dengan layanan kapal selam Indonesia yang hanya 2 buah untuk meng-cover wilayah Indonesia yang panjang luasanya sepanjang  Benua merika. Belum lagi tugas yang diemban rumah sakit terapung ini tidak hanya menjadi rumah sakit tapi juga memiliki tugas tambahan sebagai moda transportasi.

Dua unit kapal  Rumah Sakit yang berada di Jawa Timur saat ini adalah kapal  Ghanda Nusantara 01 dan Ghanda Nusantara 02 telah diresmikan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Kesehatan Nila F Moeloek, dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa pada Kamis,15 Agustus 2019 lalu. Namun baru diserah terimakan pada 19 Maret 2021. Dan baru awal Agutus 2021 kapal ini baru selesai docking untuk dapat segera di operasikan pada awal Oktober 2021 ini.

Ghanda Nusantara 01 dan dan Ghanda Nusantara 02 keberadaan kedua kapal ini sudah barang tentu akan menjadikan beberapa masalah yang menjadi beban di masyarakat kepulauan akan terselesaikan, masalah logistik, angkutan manusia, dan masalah kesehatan
Pengaturan Jadwal KRS. Dalam pengoperasian kapal rumah sakit ini diperlukan sampel berdasar kondisi operasional yang ada saat ini sebagai permodelannya. Sehingga efektifitas dan efisiensi operasional kapal dapat tercapai.  Sebagai sampel perhitungan dapat mengunakan data dari salah satu perusahaan pelayaran dalam kurun waktu 1 tahun atau lebih.

Penggunaan sampel berbasis kapal kargo, perintis/ pelayaran rakyat jauh akan lebih baik digunakan sebagai sampel di banding kapal penumpang. Meskipun kapal rumah sakit ini lebih berfungsi juga sebagai kapal penumpang dibanding kapal kargo. Tapi jika melihat kebutuhan layanan kesehatan yang dilakukan maka bersandar lebih lama di dermaga seperti yang dilakukan kapal kargo perintis/pelayaran rakyat akan menjadi pemodelan yang lebih tepat. 

Selain itu pertumbuhan ekonomi dianggap konstan, dan tidak ada kasus yang di luar kebiasaan (sebagai contoh pandemi) serta menggunakan konsep pelayaran linier tidak dilakukan perhitungan proyeksi muatan dan penjadwalan kapal dari rute yang sudah dipilih, dan dilakukan sampai tahapan menentukan rute yang optimum tentu akan memperolehmendapatkan biaya transportasi minimum / maksimum profit. 

Shipping Cost
Biaya Kapital,  Biaya Operasi, Biaya Pelayaran dan Biaya Bongkar/Muat. Dengan batasan yang diberikan dalam analisa optimasi ini adalah : • Total waktu perjalanan dalam melayani rute terpilih kurang dari sama dengan hari efektif selama setahun, • Rute yang dipilih harus memiliki konsep roundtrip ( cth : Perjalanan dari pelabuhan A, harus berakhir di pelabuhan A juga), • Distribusi muatan dalam kurun waktu 1 tahun kurang dari sama dengan jumlah permintaan yang ada dalam kurun waktu yang sama.

Maka Kondisi aktual perusahaan peluang untuk meningkatkan profitabilitas (baca: efiensiensi dan efektifitas) dari jaringan rute yang ada maka pengoperasian kapal rumah sakit ini tidak hanya merupakan pemberiaan layanan kesehatan kepada masyarakat namun juga sangat berpotensi memberikan kontribusi kepada PAD provinsi atau memperoleh pendapat non pajak yang bisa digunakan untuk melakukan perbaikan dan peningkatan layanan pada kapal rumah sakit ini. 

Meningkatnya jumlah trip, juga tidak selalu akan mempengaruhi peningkatan profit (baca: efiensiensi dan efektifitas) yang di peroleh oleh kapal rumah sakit sehingga optimal profit diperoleh tidak berdasarkan pada banyaknya pelabuhan yang dilayani kapal tersebut, melainkan diperoleh dengan berdasarkan pada tingkat penggunaan hari efektif dan jarak tempuh antar pelabuhan.

Perencanaan yang matang dengan model optimasi yang valid, dapat meningkatkan peluang kebermanfaatan dalam pelayanan kesehatan dan logistik dari pemanfaatan kapal rumah sakit ini dibanding pengoperasian rumah sakit di darat di tambah pengoperasian kapal argo/perintis/pelayaran rakyat  pada kondisi pasar yang sama.

Dan melihat gugus pulau yang ada di Jawa Timur yaitu gugus Pulau Kangean, gugus Pulau Masa Lembu, gugus Pulau Selat Madura, dan gugus Pulau Kalianget. Maka Jawa Timur setidak memerlukan 5 unit kapal Rumah Sakit, dan setidaknya bisa dioperasikan sebelum 2025 sebagai bagian dari upaya meningkatkan IPM Jawa Timur melalui bidang kesehatan dan menurunkan disparitas harga di wilayah Jawa Timur.  (*)

(Penulis : Yusa Ali, Kepala Prodi Teknik Perkapalan Universitas Muhammadiyah Gresik)