PLN Bangun PLTS, Mimpi Warga Gili Noko Merdeka Listrik Menjadi Nyata

MIMPI Mastukha dan ribuan warga Kampung Gili menikmati aliran listrik bakal menjadi kenyataan tahun ini. Penantian selama 77 tahun. Selama puluhan itu, warga mengandalkan cahaya malam hari dari lampu menggunakan mesin genset. Gresik baru, Harapan baru.

Chusnul Cahyadi, 1minute.id

PENANTIAN panjang Mastukha dan ribuan warga Gili menikmati setrum dari perusahaan listrik negara (PLN) segera teralisasi. Diperkirakan antara Agustus hingga Oktober 2022. PLN sudah memasang jaringan kabel listrik. Setrum listrik segera teraliri. Saluran  listrik dari pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Pembangkit listrik pertama di Kabupaten Gresik. Rumah-rumah warga  berada di kepulauan itu bakal terang benderang.

Mimpi mereka, mulai anak-anak, emak-emak dan bapak-bapak bisa seperti warga desa lainnya bakal bisa menjadi kenyataan. Anak-anak tidak lagi menggunakan lampu petromak ketika belajar. Ibu-ibu bisa beraktivitas sambil menikmati siaran televisi pagi, siang bahkan sampai malam hari. Bila cuaca panas, bisa menggunakan kipas angin atau pendingin ruangan (AC).

Dusun Gili, satu-satunya kampung di Kabupaten Gresik yang tidak aliran listrik dari perusahaan setrum negara. Sebanyak 300 rumah di kampung dengan alam eksotis. Air lautnya sebening kaca. Terumbu karang bisa ditembus mata telanjang. Dari atas perahu motor. Perjalanan 45 menit pun terbalas lunas.

Selama ini, nyaris tidak banyak petinggi pemerintahan menyapa warga Gili. Sebab, khawatir warga menagih janji. “Sejak zaman kemerdekaan, hak masyarakat Gili mendapatkan listrik belum ada. Alhamdulillah saat ini sudah mulai dibangun,”ujar Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani pada Rabu, 1 Juni 2022. Kedatangan Bupati termuda di Kabupaten Gresik itu disambut antusias warga Kampung Gili itu.

Semringah
Pembangunan PLTS membuat emak-emak di kampung Gili, Desa Sidogedungbatu, Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean pada Rabu, 1 Juni 2022 (Foto: Chusnul Cahyadi/1minute.id)
« dari 4 »

“Mari kita doakan bersama-sama agar pembangunan PLTS cepat selesai,”imbuhnya.  Ia pun mengucapkan terima kasih kepada Dirut PLN unit Jatim yang bisa memenuhi harapan masyarakat di Pulau Gili. 

Pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) masih tahap konstruksi bangunan. PLTS berkapasitas 50 kWp itu menempati lahan seluas 1.300 meter persegi. Diperkirakan antara Agustus 2022 atau paling lambat Oktober 2022 pembangunan PLTS ini kelar. Infrastruktur kabel listrik yang sudah terpasang bisa dialiri setrum. 

Mastukha menceritakan selama puluhan tahun tahun susah. Sebab, tidak listrik. Warga menggunakan mesin genset untuk menerangi waktu malam. Keterbatasan bahan bakar mesin (BBM) lampu penerangan rumah dibatasi. Mulai Maghrib hingga sebelum Subuh. Itu pun hanya untuk kamar tamu. “Untuk kamar mandi, kami biasa bawa petromak,”terangnya. 

“Anak-anak sinau (belajar) ada menggunakan lampu petromak,”imbuhnya. Karena itulah, Mastukha dan ribuan warga lainnya begitu berharap pembangunan PLTS bisa segera kelar. Merdeka dari mesin genset. 

Keterbatasan BBM itu, membuat warga Kampung Gili yang kaum Adamnya mayoritas berprofesi sebagai nelayan itu harus cermat menghitung persediaan bahan bakar. Pagi hingga siang, semua alat elektronik dimatikan. Kipas angin, AC dan televisi dimatikan. Sedangkan, kulkas menjadi barang langka. “Tidak ada orang jualan es batu disini,”kata seorang pemuda setempat. 

Untuk ngisis (mendapatkan semilir angin ciptaan Sang Khaliq) mereka memilih santai di luar rumah. Duduk di teras rumah atau di dhurung. Dhurung, bangunan seperti gazebo yang bagian atapnya difungsikan menyimpan padi hasil panen. Dan, bagian bawah difungsikan untuk menerima tamu atau santai.

Begini suasana Kampung Gili yang berdekatan dengan Pulau Noko yang berpasir putih, salah satu destinasi kesohor di Pulau Bawean itu. Pulau Noko tidak berpenghuni. “Bila air laut surut warga Gili bisa jalan kaki menuju Pulau Noko,”terang Kepala Desa (Kades) Sidogedungbatu Supar. (*)