Tim Ekspedisi Maritim TNI AL Mendarat di Benteng Lodewijk Mengare 

GRESIK,1minute.id – Benteng Lodewijk di perairan Mengare menjadi jujugan pertama Ekspedisi Maritim TNI Angkatan Laut. Tim beranggotakan 20-an tiba di situs sejarah berada kepulauan Mengare, Kecamatan Bungah, Kabupaten Gresik pada Sabtu, 1 Oktober 2022.

Tim ekspedisi didampingi oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Gresik Achmad Washil Miftachul Rachman, Ketua Harian Saka Bahari Kwarcab Gresik Ach. Sulthon M., dan Forkopimcam Bungah. Benteng Lodewijk, sudah tidak bentuk. Bangunan telah runtuh. Kini, tersisa puing-puing. 

Menurut Sekda Washil, dulunya benteng tersebut diketahui tidak hanya sebagai tempat perlindungan, tapi juga sebagai jalur perdagangan rempah. Meskipun sekarang secara bentuk dan aset sudah banyak yang hilang, kedepannya akan diberdayakan kembali menjadi objek wisata edukasi.

“Jadi posisi sekarang masih belum optimal masalah akses, kedepannya nanti pemerintah akan membantu mengoptimalkan terkait dengan konsep penanaman mangrove dan wisata edukasi, yang nantinya lewat Pramuka,” kata mantan Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman Gresik itu.

“Harapannya nanti dengan pihak provinsi dan nasional akan berfokus pada pemeliharaan aset penting dan mencari solusi atas abrasi yang sering terjadi.”tambahnya.

Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Julius Widjojono mengatakan ekspedisi Maritim ini melibatkan 20 anggota serta tim Media Tempo Group. Ekspedisi ini bertujuan untuk mendokumentasikan sejarah dan potensi di situs sejarah yang berkaitan dengan kemaritiman. 

Tim  ekspedisi akan menyambangi situs bersejarah di beberapa kota. Yakni, Cirebon, Tegal, Semarang, Juwana, Rembang, Gresik, Surabaya, Pacitan, Jogjakarta, Cilacap, Pangandaran dan Banten. Ekspedisi dimulai 1 sampai dengann17 Oktober 2022.

Ketua Harian Saka Bahari Gresik Sulthon M. mengungkapkan, Benteng Lodewijk juga memiliki bermacam keunikan tersendiri. Untuk itu ia juga menginginkan langkah pemeliharaan kedepannya. “Benteng ini unik karena memiliki tumbuhan bambu, dimana bambu tidak bisa hidup tanpa ada air tawar, nah ini menjadi unik karena tenyata pulau kecil yang dikelilingi laut memiliki sumber mata air tawar,”kata Sulthon.

“Kalau dilihat, sebenarnya situs ini sudah benar-benar habis, maka apakah ini akan kita biarkan saja untuk menjadi cerita atau kita perbaiki, nah ini yang biasanya kita angkat dan suarakan ke kabupaten,”imbuhnya. (yad)