Alfatihah, Karya Riyanto, Ketua Dewan Hakim MTQ Khat, Dikoleksi Walikota Surabaya

GRESIK,1minute.id – Penutupan Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-XXII Kota Surabaya dilakukan pada Sabtu, 22 Oktober 2022. MTQ yang digelar sebagai rangkaian menyambut Hari Santri Nasional 2022 itu diikuti 491 peserta. Semua pesertanya warga Kota Pahlawan. Ada empat kategori yang dilombakan. Yakni, 

Cabang Tilawah Al-Quran, Tafsir Al Quran, Khath Al Quran dan Hifzh Al Quran. Penutupan MTQ dilakukan di Balai Kota Surabaya bertepatan Hari Santri Nasional diperingati setiap 22 Oktober itu.

Penutupan MTQ terasa lebih spesial. Sebab, Walikota Surabaya Eri Cahyadi memilih kaligrafi Surat Al Fatihah sebagai koleksi di rumah dinasnya. Kaligrafi berukuran 90 cm x 90 cm menggunakan cat akrilik itu karya seniman Kaligrafi asal Kota Santri-sebutan lain-Kabupaten Gresik. Ia bernama Muhammad Riyanto, 47 tahun. Pada MTQ ke-XXII Kota Surabaya ini, Riyanto adalah hakim Ketua kategori Cabang Khat. “Alhamdulillah  dikoleksi Pak Walikota Eri Cahyadi, mas,”kata Riyanto melalui pesan WhatsApp pada Sabtu malam, 22 Oktober 2022. 

Riyanto mengatakan, dirinya mendapat mandat sebagai ketua dewan hakim MTQ ke-XXII Kota Surabaya untuk Cabang Khat. Dewan juri berjumlah 3 orang dengan dua orang panitera. “Kulo waktu niku diserahi dados Ketua Dewan Hakim MTQ Cabang Khat. Alhamdulillah lancar,”katanya berulangkali mengucapkan rasa syukurnya. Siapa Muhammad Riyanto?

Riyanto adalah seniman Kaligrafi asal Kota Santri-sebutan lain-Kabupaten Gresik. Ia tinggal di Grand Sutomo, Jalan DR Wahidin Sudirohusodo, Kecamatan/Kabupaten Gresik.  Karya sudah melanglang buana hingga mancanegara. Di Malaysia, misalnya. Sebanyak lima lukisan kaligrafi karya Riyanto masuk ekshibisi bertaraf internasional bertajuk Art is Fair in /KL/ Fahrenheit 88 ini. Sebanyak 500 karya seniman dunia dipamerkan mulai 11-28 November 2021. 

Lima karya Riyanto berjudul “Allah Greatness ; Islamic Cultural ” Walisongo Religius Transportation ” ; Dream ” Noah Ship Future ” ; Kolaborasi dan Leader Ship In Politik ” Win or Lose “. Semua lukisan menggunakan cat akrilik. “Semuanya beraliran Surialis,”kata Riyanto  dikonfirmasi selulernya pada Sabtu, 13 November 2021 lalu.

Saat itu, lukisan berjudul Islamic Cultural “Walisongo Religius Transportation” dengan media kanvas ukuran 120 X 155 cm itu menjadi magnet pengunjung di negari Mahatir Mohamad itu. Riyanto menggambarkan semua tempat ziarah makam Wali Songa itu telah dilengkapi dengan sistem moda transportasi modern yang terintegrasi menjadi satu kesatuan.

Selain moda transportasi bus, kapal juga moda transportasi massal berupa kereta bawah tanah yang menghubungkan sembilan penyebar agama Islam di Indonesia itu. 

JUSTICE : Muhammad Riyanto dan karya lukisnya. (Foto: Chusnul Cahyadi/1minute.id)

Riyanto, tumbuh di keluarga pelukis. Ayahnya seorang pelukis kaligrafi kaca. Pamannya juga berkecimpung di bidang melukis. Ia mengikuti jejak ayah dan pamannya menjadi seorang pelukis kaligrafi. Ia memulai pameran sejak 1991. Karya-karya kaligrafi yang mengkritisi kondisi sosial masyarakat. 

Diantaranya, berjudul Dream Noah Ship Future. Lukisan itu menggambarkan sebuah kapal pesiar yang mengangkut banyak penumpang. Beragam agama mereka. Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Di atas kapal pesiar itu, semuanya rukun. “Andai dunia bisa damai. Akan sangat menyenangkan,” kata Riyanto suatu hari. 

Lewat lukisan itu, dia ingin bercerita kehidupan di darat yang menggambarkan kesibukan manusia yang sebenarnya. Sementara itu, di bagian bawah menceritakan bagaimana sebuah fondasi kehidupan. Kemudian, di fase langit adalah kehidupan setelah meninggal.

Di dalam lukisan yang bercerita tentang kehidupan tersebut, Riyanto tetap menyisipkan ayat-ayat Alquran di dalamnya. “Bagi saya sebenarnya setiap seniman punya cara penyampaiannya sendiri-sendiri. Dan menyampaikan secara visual itu paling mudah. Hal itu nantinya juga bisa membuat orang-orang bertanya,”jelas Riyanto. Lukisan kali terakhir berjudul Ikan Bandeng menjadi koleksi Presiden Joko Widodo. Riyanto mengaku belajar kaligrafi dari Ustadz Faiz Abdur Rozzaq di Bangil, Pasuruan tersebut. (yad)