Hanya DiriMu Semata, Karya Riyanto Menyita Pemerhati Seni Indonesia 

GRESIK,1minute.id – Puluhan Pelukis Jaw Timur menggelar Pameran Seni Lukis di TIC Kota Pasuruan. Pameran bertajuk Tadabur Rupa ini digelar mulai 30 September hingga Ahad, 8 Oktober 2023. Puluhan lukisan karya para “maestro” lukis di Jawa Timur dipamerkan. 

Salah satunya, H.M Riyanto. Pelukis kaligrafi asal Kota Santri-sebutan lain-Kabupaten Gresik ini, banyak menyita perhatian pengunjung maupun para seniman. Karya lukis Riyanto berjudul “Hanya DiriMu Semata” yang mendapatkan apresiasi dari seniman muslim Indonesia yakni Al Khattat Pasuruan Ustadz Syamsul Huda, Sidogiri, Pasuruan dan Kiai juga penyair Clurit Emas, D. Zawawi Imron dari Madura. 

Lukisan berukuran diameter 120 centimeter itu, sangat elok. “Hanya satu bulan Saya membuatnya,” kata Riyanto dikonfirmasi melalui pesan WhatApps pada Sabtu, 7 Oktober 2023. Dalam diakripsinya,  menyebutkan bahwa huruf Wawu sebagai visualisasi personal akan sebuah karya dalam satu sesi kehidupan. Bermacam-macam keinginan manusia yang sudah bagian dari kodratnya. 

“Hanya diriMu semata adalah suatu keyakinan akan Tuhan semesta Alam yaitu Allah SWT yang telah memberikan nikmatNya kepada kita tanpa kita sadari”. 

Lafaldz dalam karya “Iyyaka na’budu waiyyaka nasta’iin, hanya kepadaMu kami menyembah dan hanya kepadaMu kamu memohon pertolongan”. Lafaldz iyyaka dalam Alfatihah ayat ke-5 ini menunjukkan adanya  perhatian dan pembatasan, maksudnya adalah setiap umat Muslim tidak diperkenankan untuk menyembah selain kepada Allah SWT sebagai bentuk ketaatan.

Lafadz Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in bermakna bahwa Allah SWT memerintahkan  kepada umat muslim untuk ikhlas dalam beribadah dan memohon pertolongan kepada Allah SWT. Bahwa kedudukan ibadah lebih tinggi di atas segalanya. Ayat Iyyaka nasta’in dan ihdina shiratal mustakim mengandung pengakuan tentang kelemahan manusia dan keharusan meminta pertolongan kepada Allah SWT. 

“Kita meminta pertolongan kepada Allah SWT dalam beribadah, dalam setiap doa yang diamalkan setelah sholat,” kata Riyanto dalam diakripsi karyanya. Sedangkan, visualisasi bulatan berjumlah 17 biji adalah jumlah rakaat dalam sholat wajib 5 waktu sholat dan lukisan dalam huruf wawu adalah rukun Islam yang menjadi tuntunan kita sebagai umat Islam.

Siapa Riyanto? Riyanto, tumbuh di keluarga pelukis. Ayahnya seorang pelukis kaligrafi kaca. Pamannya juga berkecimpung di bidang melukis. Ia mengikuti jejak ayah dan pamannya menjadi seorang pelukis kaligrafi. Ia memulai pameran sejak 1991. Karya-karya kaligrafi yang mengkritisi kondisi sosial masyarakat. 

Diantaranya, berjudul Dream Noah Ship Future juga sedang dipajang di Malaysia. Lukisan itu menggambarkan sebuah kapal pesiar yang mengangkut banyak penumpang. Beragam agama mereka. Islam, Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. Di atas kapal pesiar itu, semuanya rukun. “Andai dunia bisa damai. Akan sangat menyenangkan,” kata Riyanto suatu hari. 

Lewat lukisan itu, dia ingin bercerita kehidupan di darat yang menggambarkan kesibukan manusia yang sebenarnya. Sementara itu, di bagian bawah menceritakan bagaimana sebuah fondasi kehidupan. Kemudian, di fase langit adalah kehidupan setelah meninggal.

Di dalam lukisan yang bercerita tentang kehidupan tersebut, Riyanto tetap menyisipkan ayat-ayat Alquran di dalamnya. “Bagi saya sebenarnya setiap seniman punya cara penyampaiannya sendiri-sendiri. Dan menyampaikan secara visual itu paling mudah. Hal itu nantinya juga bisa membuat orang-orang bertanya,”jelas Riyanto. Lukisan kali terakhir berjudul Ikan Bandeng menjadi koleksi Presiden Joko Widodo. Riyanto mengaku belajar kaligrafi dari Ustadz Faiz Abdur Rozzaq di Bangil, Pasuruan tersebut. (yad)