Kolak Ayam Sanggring Gumeno, Juru Masak semua Kaum Adam

Tradisi Malam Likuran Ramadan di Kota Santri, Gresik pada Masa Pandemi (bagian 1)

Penulis : chusnul cahyadi/1minute.id

BULAN suci Ramadan memasuki hari ke-19 pada Sabtu, 1 Mei 2021. Sebentar lagi memasuki malam likuran atau 10 hari terakhir Ramadan. 
Memasuki malam likuran puasa Ramadan itu, ada tiga tradisi yang ditunggu masyarakat Kota Santri, Gresik.

Yakni, Kolak Ayam di Desa Gumeno, Kecamatan Manyar, Gresik diperingati setiap 23 Ramadan. Lalu, Malam Selawe atau malam 25 Ramadan di Makam Sunan Giro, Kecamatan Kebomas, serta Pasar dan Lelang Bandeng pada 27 Ramadan.

Bagaimana tiga tradisi turun temurun, konon sejak zaman Kanjeng Sunan Giri atau Maulana Ainul Yaqin bergelar Prabu Satmata dengan julukan Joko Samudro itu.

KOLAK AYAM GUMENO

DILAKSANAKAN setiap 23 Ramadan oleh masyarakat Desa Gumeno, Kecamatan Manyar, Gresik. Tahun lalu, ketika pagebluk corona mengganas, tradisi sejak Sunan Dalem, putra Sunan Giri dirayakan terbatas, hanya masyarakat desa setempat. Masyarakat luar desa tidak bisa masuk ke desa tersebut, “lockdown”.

SERTIFIKAT warisan budaya takbenda dari Kemendikbud untuk tradisi Kolak Ayam Sanggaring Gumeno tahun memasuki ke-496 itu. ( foto : Didik Wahyudi for 1minute.id)

Tahun ini, wabah corona tidak seganas tahun lalu, Kolak Ayam Sanggring ke-496 digelar Selasa, 4 Mei 2021 itu digelar lebih terbatas untuk umum. 
Menurut Humas Acara Kolal Ayam Sanggring Didik Wahyudi, kegiatan dalam masjid hanya untuk undangan dan jamaah.

“Jumlah sekitar 300-an porsi untuk undangan. Termasuk sampeyan kalau datang,”kata Didik sambil tersenyum. Untuk kegiatan masyarakat, pemerintah desa memperbolehkan menerima tamu di rumahnya masing-masing. “Tahun lalu, desa ditutup untuk warga luar desa,”kata Didik melalui pesan WhatApps pada Sabtu, 1 Mei 2021.

Istimewanya, panitia Kolak Ayam ini semua dari kaum Adam itu, mulai memilih bahan rempah, belanja ayam, memasak hingga menyajikan kepada masyarakat. Kolak Ayam Sanggring yang terasa gurih ini hanya setahun sekali yakni har ke-23 (telu likur) Ramadan . Tradisi masuk Warisan Budaya Takbenda Indonesia di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak 8 Oktober 2019.

Tahun ini, imbuh Didik, panitia Sanggring ke-496 akan menyembelih 115 ekor ayam ; 1 kuintal bawang daun ; 480 kilogram gula merah, 20 kilogram jinten bubuk dan 460 butir kelapa.

Kolak Ayam ini  disajikan untuk berbuka bersama di masjid Jamik Sunan Dalem. Kolak ayam merupakan makanan takil atau makanan pembuka untuk berbuka puasa yang sifatnya hanya sementara.

BAGIKAN KOLAK AYAM : Panitia Kolak Ayam Sanggring semuahya kaum Adam membagikan kepada masyarakat Desa Gumeno, Kecamatan Manyar, Gresik ( foto : chusnul cahyadi/1minute.id)

Tradisi ini berasal dari  suatu riwayat, di saat pelariannya di Desa Gumeno, Sunan Dalem jatuh sakit dan  dapat disembuhkan dengan memakan Sanggring ini.

Menurut Babad Gresik, Sunan Dalem adalah putra dari Sunan Giri yang memerintah di Giri Kedaton. Sunan Giri meninggal pada 1506 M, kemudian kekuasaan Giri Kedaton digantikan oleh putranya yaitu Sunan Dalem.

Di tengah kebingungan penduduk tersebut, Sunan Dalem mendapat petunjuk dari Allah SWT lewat mimpi agar membuat suatu masakan untuk obat. Esok harinya Sunan Dalem memerintahkan semua penduduk supaya membawa seekor ayam jago berumur sekitar satu tahun atau jago lancur ke Masjid.

Maka segeralah semua penduduk membawa seekor ayam jago untuk dimasak dengan santan kelapa, jinten, gula merah dan bawang daun. Setelah masakan selesai, Sunan Dalem memerintahkan kepada penduduk Gumeno agar membawa ketan yang sudah dimasak.

Pada saat itu bertepatan dengan Bulan Ramadan sehingga ketika tiba waktu Mahrib (waktu berbuka puasa), Sunan Dalem dan semua penduduk berbuka bersama di masjid.
Akhirnya Sunan Dalem mendapat Hidayah, Ma’unah serta Inayah dari Allah sehingga beliau sembuh dari sakit yang dideritanya setelah menyantap masakan tersebut (*)