Tekad Gresik Zero Stunting 2024 : Mendirikan SOTH hingga Hadirkan Ayah Ibu Asuh Anak Stunting 

MENURUNKAN prevalensi stunting tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pemerintah Kabupaten (Pemkab) tidak bisa melakukan sendirian. Perlu adanya kolaborasi dan sinergi semua stakeholder dan menjadikan stunting sebagai musuh yang harus diperangi bersama.

CHUSNUL CAHYADI, 1minute.id

WATI terlihat semringah. Bocah asal Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik itu baru saja meminum susu kemasan rasa coklat. Bagi anak bertubuh mungil dibandingkan teman sebayanya itu bisa menikmati asupan bergizi tinggi kesempatan langka. 

Wati tidak sendirian. Data didapat 1minute.id per Rabu. 14 Juni 2023 tercatat 3.373 balita stunting. Sedangkan, yang telah “lulus” 1.810 balita dan yang sembuh 3.466 balita. Sedangkan keluarga risiko stunting hasil verifikasi dan validasi (verval) 2022 ada 30.168 keluarga risiko stunting. 

“Ayo kita lakukan intervensi dengan menyisihkan rezeki minimal 10 ribu rupiah per hari. Kita berikan susu, kacang hijau, atau makanan bergizi lainnya selama 90 hari. Saya yakin permasalahan (stunting) ini selesai, karena kecenderungannya angka yang sembuh dari stunting lebih besar dibandingkan jumlah kasus baru,” kata Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani usai melantik dan pengambilan sumpah 429 ASN di halaman Kantor Bupati pada Rabu, 8 Maret 2023 lalu.

Pemkab Gresik memiliki pengalaman ciamik ketika menghadapi Pandemi Covid-19. Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani menggandeng semua lembaga amil zakat (LAZ) atau badan amil zakat (BAZ) serta komunitas lainnya untuk memerangi bersama bencana non alam itu. 

LAZ/BAZ mengkoordinir semua kebutuhan hidup pasien Covid-19 hingga menyiapkan mobil ambulan yang tersebar di 9 posko Covid-19. Sedangkan, komunitas bertugas melakukan antarjemput pasien sakit hingga membantu pemulasaraan pasien meninggal. Kolaborasi dan sinergi semua stakeholder itu berhasil mengendalikan populasi angka meninggal tergolong paling kecil di Jawa Timur. Pola penanganan kasus secara “kroyokan” kembali digulirkan oleh Pemkab Gresik. 

Menurut Titik Ernawati, pihak telah membuat mekanisme percepatan penurunan Stunting di Kabupaten Gresik. membentuk 1.010 tim pendamping keluarga (TPK) di semua desa. Setiap desa, TPK beranggotakan 3 orang kader. “Pendampingan keluarga risiko stunting oleh TPK ini lewat aplikasi elsimil,” kata dokter Titik. 

Elsimil merupakan aplikasi yang ditujukan untuk pasangan calon (paslon) pengantin yang melangsungkan pernikahan. Tiga bulan sebelum waktu pernikahan, paslon pengantin terlebih dahulu mengunduh dan registrasi di aplikasi Elsimil ini.

Selain itu, mendirikan Sekolah Orang Tua Hebat (SOTH) di 356 desa/kelurahan di kab Gresik. Kemudian, menginisiasi berdirinya Kampung Keluarga Berkualitas di 166 desa/kelurahan , membentuk Puspaga (Pusat Pembelajaran Keluarga) menerima konsultasi keluarga dalam pola asuh anak ; gerakan Bapak ibu Asuh Anak Stunting, Membentuk Dahsat (Dapur Sehat)  di kampung KB serta memberikan bantuan Pangan untuk keluarga risiko stunting. 

Selain itu, Dinas KBPPPA Gresik melakukan kerjasama dengan sejumlah perusahaan melalui Corporate Social Responsibility/CSR) dalam stunting ini.

“Kerjasama percepatan penurunan stunting dengan CSR Petrokimia Gresik, Smelting, SIG, Cargil dan lainnya,” terangnya. Selain perusahaan swasta dan BUMN, Dinas KBPPPA Gresik menggandeng Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Gresik memberikan bantuan sembako. Serta, kerjasama juga dengan organisasi masyarakat, organisi keagamaan, gabungan organisasi wanita (GOW), Dharma Wanita, IIDI, IDI dan lainnya. 

Cara penanganan stunting di Kabupaten Gresik ini bisa menjadi role model bagi Kabupaten/kota lainnya. Sehingga, Masyarakat bebas stunting Jawa Timur yang Cetar akan cepat terwujud. (*)