Destinasi Wisata Religi di Gresik 

BULAN Suci Ramadan 1444 Hijriah akan memasuki fase sepuluh hari ketiga yakni 10 hari terakhir pada Selasa, 11 April 2023. Ada banyak keutamaan 10 hari terakhir di bulan Ramadan yang penuh berkah, ampunan dan rahmat ini. 

Umat muslim dituntut lebih khusyuk beribadah untuk meraih pahala dan ampunan dari Allah SWT. Salah satunya iktikaf dan memperbanyak doa untuk meraih malam kemuliaan yakni Lailatul Qadar. Seperti iktikaf, shalat malam, membaca Al Quran, dzikir, dan bersedekah.

Nah, 1minute.id mengutip dari buku berjudul “Grissee Kota Bandar” menyajikan sejumlah tempat religi di Kabupaten Gresik yang patut menjadi tempat iktikaf. Grissee Kota Bandar

 adalah salah satu buku muatan lokal. Semuanya cerita yang ada di Gresik. Mulai destinasi wisata religi, seni budaya dan destinasi wisata di Gresik daratan sampai pulau Bawean. Buku itu karya Chusnul Cahyadi ini- kini mengelola media online 1minute.id, hasil dari ngelutus lebih dari satu dasawarsa di Kabupaten Gresik. Saat itu, masih “nyantrik” di Jawa Pos. Cetakan pertama, Februari 2019. Cetakan kedua pada Maret 2022. 

Dimana saja, Destinasi Wisata Religi yang patut menjadi jujugan di Kabupaten Gresik ini. Kita mulai dari Sunan Giri. Lalu Syekh Maulana Malik. Terus dimana lagi? ikuti terus di 1minute.id ya!.

ZIARAH MAKAM SUNAN GIRI: Bupati dan Wakil Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani-Aminatun Habibah ketika melakukan ziarah ke makam Sunan Giri pada 8 Maret 2022 (Foto: Chusnul Cahyadi/1minute.id)
  1. SUNAN GIRI 

LAHIR di Kerajaan Blambangan, 1442 Masehi. Sunan Giri, salah satu Wali Sanga. Penyebar agama Islam di Indonesia. Sunan Giri membangun Giri Kedaton untuk pusat penyebaran agama Islam di Jawa yang memiliki pengaruh sampai Madura, Lombok, Kalimantan, Sulawesi hingga Maluku. Sunan Giri adalah anak dari Maulana Ishaq. Ibundanya bernama Dewi Sekardadu. 

Sunan Giri dinobatkan sebagai Kepala Pemerintahan di Bukit Giri Kedaton pada 1478 Masehi. Sunan Giri mendapat gelar Prabu Satmata. Penobatan Sunan Giri, yang memiliki nama asli, Muhammad Ainul Yaqin itu dilakukan di Bukit Kedaton di Desa Sekarkurung, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Sunan Giri wafat pada 1506 Masehi dan dimakamkan di Bukit Giri.

Penobatan Sunan Giri yang memiliki panggilan – Joko Samudro, Raden Paku, Sultan Abdul Faqih, Raden Ainul Yaqin – sebagai Kepala Pemerintahan kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Gresik yang peringati setiap 9 Maret oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gresik. Tahun Kota Gresik memasuki usia 536 tahun.

Setiap nama yang dimiliki Sunan Giri ada sejarahnya sendiri. Salah satunya, asal-usul julukan Joko Samudro. Dikisahkan di Buku Sejarah Kebudayaan Islam, Prabu Menak Sembuyu , Raja Blambangan yang juga kakek Sunan Giri merasa iri atas keberhasilan menantunya, Syekh Maulana Ishaq dalam menyebar agama Islam di Blambangan. 

Karena merasa terancam Syekh Maulana Ishaq memutuskan untuk kembali ke tempat asalnya, Aceh. Pada saat itu Sunan Giri masih berada dalam kandungan. Setelah lahir, Prabu Menak Sembuyu memasukkan Sunan Giri ke peti lalu membuangnya ke laut. Saat berada di laut, Sunan Giri ditemukan oleh seorang saudagar perempuan kaya yang tengah berlayar. Ia bernama Nyai Ageng Pinatih dan menjadikan Sunan Giri sebagai anak angkat. Karena bayinya ditemukan di laut akhirnya ia diberi nama Joko Samudra oleh Nyai Ageng Pinatih. 

Pada usia 11 tahun, Sunan Giri diantarkan oleh ibu angkatnya ke sebuah pesantren untuk berguru kepada Sunan Ampel di Ampeldenta, Surabaya. Disana lah, beliau mendapatkan banyak ilmu dari gurunya. Sunan Giri sempat diminta meneruskan usaha ibu angkatnya untuk berdagang. Namun, ia lebih memilih untuk menyebarkan agama Islam dan mendirikan pondok pesantren. Sunan Giri dikenal dengan gaya dakwah pesantren. Ia banyak mengajari santri-santrinya lewat permainan anak-anak. Permainan yang ia buat dan masih terkenal hingga saat ini antara lain Cublak-cublak Suweng. (*/bersambung)