Siswa SMP Negeri 2 Gresik Jawara Olimpiade Bahasa dan Sastra di University of Amsterdam, Nayla Agista : Saya Belajar Otodidak 

GRESIK,1minute.id – Siswa berprestasi di UPT SMP Negeri 2 (Spenda) Gresik bertambah satu lagi. Ia adalah Nayla Agista Anggraeny. Siswa kelas IX di sekolah berlokasi di Jalan KH Kholil 16 Gresik berhasil merebut posisi keempat dalam Olimpiade Literasi, Bahasa dan Sastra diselenggarakan oleh University of Amsterdam, Belanda. Olimpiade literasi internasional ini digelar dua tahap itu diikuti 23 ribu peserta dari berbagai negara. 

Keberhasilan anak sulung dari dua bersaudara pasangan suami-istri, Agus Widodo dan Rani Permata Sari ini merebut posisi empat besar olimpiade literasi internasional itu menambah panjang deret prestasi sekolah yang dipimpin oleh Mohammad Salim itu. 

“Awalnya Saya hanya ingin coba-coba saja. Tahap pertama diikuti 8 ribu peserta, Saya masuk urutan 19 besar,” kata Nayla didampingi Kepala UPT SMP Negeri 2 Gresik Mohammad Salim kepada wartawan 1minute.id pada Jumat, 23 Februari 2024. Olimpiade Bahasa dan Sastra ini digelar secara daring (dalam jaringan). Tahap pertama setiap peserta menjalani tes bahasa Belanda pada 18-19 Januari 2024. Tahap kedua, tes pengetahuan kesastraan Belanda diikuti 15 ribu peserta dilaksanakan pada 8 Februari 2024.

“Tahap dua ini, setiap peserta harus menjawab 130 soal dalam Bahasa Belanda dan Inggris dengan waktu 120 menit. Saya menempati ranking 4 dengan poin 93,” katanya. 

Nayla mengaku tidak menyangka bisa berada diurutan keempat besar tersebut. Peringkat pertama pesarta asal Belanda ; kedua dari Amerika Serikat; Ketiga dari Turki  ; Keempat, Nayla Agista dari Indonesia dan kelima Qatar. 

“Saya tidak menyangka bisa meraih ranking empat. Saya langsung sujud syukur. Peserta dari Indonesia juga banyak,” ujarnya. Bagaimana Nayla bisa bahasa Inggris dan Belanda dengan baik. Bahkan, salah satu dosen di University of Amsterdam Mr Van Devender menganggumi kecerdasan dan kepribadian Nayla. “Baru kali ini saya menemukan peserta dengan cara bicaranya yang sungguh sopan, hormat, serta suaranya yang lemah lembut dalam berkata, saya suka dengan kepribadiannya,” ujar Mr. Van Devender ditirukan oleh salah satu guru Nayla. 

Ia mengaku bisa berbahasa Inggris dan Belanda belajar secara otodidak. Sejak di kelas VIII melalui aplikasi online yang sangat mudah ditemukan di era digital saat ini. Diantaranya, youtube dan mesin penerjemah di google. Selain itu, Nayla juga mengoleksi beberapa kamus Bahasa Inggris dan Belanda sebagai bahan bacaan. Tidak setiap hari, Nayla memeloti gawai melihat chanel youtube itu. “Biasanya, Saya lihat tutorial di Youtube itu hari Sabtu dan Minggu karena libur sekolah mulai badal (usai) Mahrib sampai jam 8 malam,” terangnya. 

Selama lebih kurang 2 jam itu, Nayla mempraktikkan dengan berbicara di depan kaca rias di rumah yang sederhana di Kelurahan Tenggulunan, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik.  “Saya pelajari supaya bisa berbicara bahasa Belanda sejak dari kelas 6 SD. Saya mempunyai keinginan yang cukup besar yaitu bisa berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Belanda dan mengetahui beberapa sejarah atau ilmu kesastraan Belanda. Tapi, Saya belajar otodidak ini sejak awal kelas 8 dan saya selalu mempelajarinya melalui beberapa aplikasi online seperti YouTube Translate bahasa Inggris dan buku kamus,” terang anggota Pramuka Garuda Spenda Gresik itu.

Keberhasilan Nayla menempati ranking keempat di olimpiade literasi internasional itu dikabarkan akan mendapatkan beasiswa di University of Amsterdam, Belanda. Nayla pun tersenyum. Ia mengakui berkeinginan bisa kuliah di luar negeri. Akan tetapi, ia merasa ragu. Sebab, ekonomi keluarga Nayla yang sederhana itu bisa membiayai sekolah di luar negeri. Nayla menceritakan, orang tuanya hanya seorang staf di salah satu perusahaan. Ketika wabah Covid-19 merebak, Agus Widodo, ayah Nayla terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). “Papa kemudian membuka warung. Alhamdulillah sekarang bisa kembali kerja. Pulang kerja, papa ya jaga warung di rumah,” terang perempuan berjilbab yang tinggal di Kelurahan Tenggulunan, Kebomas Kebomas, Kabupaten Gresik itu. 

“Tapi, kalau ada beasiswa ke luar negeri, Saya lebih senang kuliah di Inggris daripada di Belanda,” lanjutnya sambil tersenyum. 

Sementara itu, Kepala UPT SMP Negeri 2 Gresik Mohammad Salim mengatakan, Nayla Agista adalah salah satu siswa yang aktif di kegiatan sekolah. Ia menjadi anggota Pramuka Garuda Spenda Gresik. “Banyak anak-anak yang aktif kegiatan karena senang berada di sekolah karena nyaman,” ujar Salim.

Untuk diketahui, Spenda Gresik adalah sekolah Adiwiyata Mandiri. Sekolah berada di Jalan KH Kholil 16 Gresik adalah sekolah “zero waste” dan sekolah yang memiliki kantin Halal satu-satunya di Kota Santri-sebutan lain-Kabupaten Gresik ini. (yad)